Halaman

adnet

  • buku

Senin, 07 Februari 2011

UAS PROSA fIKSI

UJIAN AKHIR SEMESTER

Mata kuliah                  : Kajian Prosa Fiksi
Semester                      : III Lanjutan
Waktu                          : 90 menit
Dosen                          : A. Hujaeni, S.Pd

Petunjuk :
1, Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan jelas
2. Cermati kutipan penggalan cerita tiap bagian.
3. Analisa dan beri komentar tentang tema dan masalah dari penggalan cerita tersebut.

No. 1
Menurut ceritera, kayu-kayu tersebut khusus dipilih dari bagian yang paling dalam, dan dengan demikian juga yang paling tua dan angker. Menurut ceritera lagi, pohon-pohon yang dipilih untuk menjadi tiang-tiang pendopo itu, sebelum ditebang, diajak berunding dulu oleh dukun atau pawang. Adapun dukun itu adalah Kiai Jogosimo yang sudah terkenal sakti dan ampuh mantera-manteranya.
Kiai Jogosimo niku sama dengan Kanjeng Nabi Sulaiman, kata Kang Man, tukang nimba air di rumah, yang mendengar ceritera orang tentang Kyai Jogo itu dari embahnya. Alkisah pohon-pohon calon tiang para pengiring yang membawa dupa serta sajian-sajian di belakangnya lagi para abdi dalem kabupaten yang bertindak sebagai saksi. Pohon-pohon itu ditanya akar-akarnya untuk dijadikan tumbal dalem Kabupaten Wanagalih dapat juga sebagai pengayom rakyat di seluruh kawasan itu. (Para Priyayi:2)

No. 2
Alangkah sudah jauh juga jaman bergeser. Ayah saya dengan yakinnya mengatakan bahwa pengalaman jauh lebih benar dan menguntungkan. Ibuku dipilih oleh orang tua ayah saya. Pilihan itupun jatuh pada gadis yang masih ada hubungan keluarga dengan kerabat ayah saya. Dan memang harus diakui bapak dan ibu saya benar-benar jodoh. Mereka melampaui itu semua, tanpa harus kenal lebih dahulu. Tanpa mesti ada waktu tenggang untuk menjalin hubungan cinta sebelum perkawinan, dan perkawinan mereka jadi, mulus, rukun, hingga setua mereka sekarang. (Para Priyayi: 151)

No. 3
Akan agama tentulah dia Islam. Namanya saja Kasan berasal dari Hasan. Tetapi sembahyang, rasa saya tidak pernah dalam keluarga orang tua saya ada yang bersembahyang. Tapi puasa ? tidak pernah pada waktu bulan Ramadhan. Orang tua saya suka berpuasa Senin dan Kemis, sering mutih, yaitu hanya membatasi makan mereka nasi putih saja tanpa lauk pauk tanpa garam sampai kadang berminggu lamanya. Kadang juga ngrowot, yaitu hanya makan ketela, jagung, dang ubi-ubian. Puasa yang dilaksanakan menurut aturan Islam pada waktu bulan Ramadhan, mereka anggap terlalu enteng dan tidak dapat mengantar mereka manunggal dengan gusti. (Para Priyayi: 91).

No. 4
Saya masih heran lho, Mas Har. Islam itu kok melarang pemeluknya makan daging babi. Wong dagingnya enak. Dan babi itu binatang yang baik-baik saja. Lha, kalau masalahnya cacing pita, sekarang bukan masalah lagi. Pemotongan babi itu sudah dilakukan di rumah jagal yang diawasi secara higienis. (Para Priyayi: 141).

No. 5
Priyayi utama itu, Sastro, tidak hanya akan gagah dalam kemenangan, tetapi juga dalam kekalahan. Bahkan istri saya mencoba meyakinkan orang tuanya bahwa pastilah ini cobaan dari Tuhan untuk mencoba ketabahan dan kesabaran orang tuanya dan seluruh keluarga. Istri saya menyerah. Tetapi menyerah dengan tabah dan gagah. (Para Priyayi hal : 84).  

------ SELAMAT BEKERJA -----

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Keanggotaan Rp. 300.000,-
Suport System

Bonus Sponsor : Rp. 100.000,-
Bonus Grup : Rp. 30.000,-
Untuk 1 grup : 10 anggota
Bonus Anda : Rp. 100.000 + (10 x Rp. 30.000) = Rp. 400.000,-