Halaman

adnet

  • buku

Senin, 31 Januari 2011

Metodologi Penelitian


Mata Kuliah : Metodologi Penelitian

1.      Metode penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan informasi dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Cara ilmiah didasarkan pada ciri-ciri keilmuan:
• Rasional
• Empiris
• Sistematis

2.      Kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui”. Suharsimi Arikunto (1999:140)

Kuesioner merupakan sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan kuesioner Kita dapat mengetahui keadaan atau data pribadi seseorang, pengalaman atau pengetahuan dan lain-lain yang dimilikinya.
Kuesioner merupakan instrumen pengumpulan data atau informasi yang dioperasionalisasikan ke dalam bentuk item atau pertanyaan.Penyusunan kuesioner dilakukan dengan harapan dapat mengetahui variable-variabel apa saja yang menurut responden merupakan hal yang penting . Tujuan penyusunan kuesioner adalah untuk memperbaiki bagian-bagian yang dianggap kurang tepat untuk diterapkan dalam pengambilan data terhadap responden.
Kuesiner dapat didefinisikan sebagai daftar pertanyaan yang akan digunakan oleh periset untuk memperoleh data dari sumbernya secara langsung melalui proses komunikasi atau dengan mengajukan pertanyaan.
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN KUESIONER

Kelebihan kuesioner sebagai berikut:

* Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
* Dapat dibagikan secara serentak kepada responden.
* Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing menurut waktu senggang responden.
* Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu-malu menjawab.
* Dapat dibuat berstandar sehingga semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama.

Kelemahan kuesioner adalah sebagai berikut:

* Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada pertanyaan yang terlewati tidak terjawab, padahal sukar diulangi diberikan kembali padanya.
* Seringkali sukar dicari validitasnya
* Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur
* Angket yang dikirim lewat pos pengembaliannya sangat rendah, hanya sekitar 20%. Seringkali tidak dikembalikan tertutama jika dikirim lewat pos menurut penelitian
*Waktu pengembaliannya tidak sama-sama, bahkan kadang-kadang ada yang terlalu lama sehingga terlambat
INTERVIEW ATAU WAWANCARA
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog ( Tanya jawab ) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung ( I. Djumhur dan Muh. Surya, 1985 ).
Menurut Lexy J Moleong (1991) dijelaskan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud-maksud tertentu. Pada metode ini peneliti dan responden berhadapan langsung (face to face) untuk mendapatkan informasi secara lesan dengan tujuan mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian. Sesuai dengan jenisnya,
 * Interview adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk-dijawab secara lisan pula. Cin utama dari interview adalah kontak langsung dengan tatap muka (face to face relationship) antara si pencari informasi (interviewer atau information hunter) dengan sumber informasi (interviewee) (Hadari Nawawi, 1995: 124).
* Interview adalah “sebuah dialog (interview) yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewee)” (Suharsimi Arikunto, 1999: 149).

kelemahan dan kelebihan wawancara

Kelebihan Interview :
  • merupakan salah satu metode terbaik untuk menilai keadaan pribadi
  • tidak dibatasi tingkatan umur dan pendidikan subjek
  • menjadi metode pelengkap dalam penelitian sosial
  • cocok menjadi kriterium terhadap data yg diperoleh dengan metode lain
  • dapat dilakukan bersama sama observasi
Manurut (Djumhur dan Moh. Surya) Selain memiliki kelebihan, wawancara juga mempunyai kelemahan - kelemahan, yaitu:
1. Memerlukan waktu, tenaga, dan biaya yang lebih besar
2. Sangat tergantung pada individu yang akan diwawancarai
3. Situasi wawancara mudah dipengaruhi lingkungan sekitar
4. Menuntut penguasaan keterampilan bahasa yang baik dari interviewer
5. Adanya pengaruh subyektif pewawancara yang dapat mempengaruhi hasil wawancara
6. Adanya pengaruh subjektifitas dari interviewer terhadap hasil wawancara
Boleh yang ini.
Kelemahan Interview :
  • Tidak efisien dari segi waktu, tenaga dan biaya
  • Informasi yang diperoleh tergantung pada kesiadaan, kemampuan, kondisi momental responden’
  • Jalannya wawancara mudah mengalami distraksi / gangguan
  • Penguasaan Bahasa yang sama dengan bahasa responden
  • Perlu banyak interviewer bila pendekatannya “sahabat karib”
                                          
3.      masalah-masalah yang sering dialami saat melakukan penelitian.
-          memfokuskan rumusan masalah
-          menentukan sample
-          menyusun instrument penelitian
-          mengolah data
-          adanya keganjilan dalam analisa data.

4.      Pada penelitian kualitatif, instrumen penelitian adalah: peneliti itu sendiri sehingga validasi dilakukan oleh peneliti sendiri dengan memperhatikan hal-hal diantaranya: a) Pemahaman peneliti terhadap metode penelitian kualitatif. B) Penguasaan wawasan peneliti terhadap bidang yang diteliti, dan c) Kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian secara akademik maupun logistik
Instrumen penelitian pada penelitian kualitatif
  • Pada penelitian Kualitatif, permasalahan di awal penelitian belum jelas dan pasti, maka instrumen yang paling tepat adalah peneliti itu sendiri.
  • Setelah masalah sudah mulai jelas, maka dapat dikembangkan sebagai instrumen yang sederhana yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang ditemukan melalui observasi dan wawancara.
skala yang ada dapat dibuat untuk mengukur atribut orang, benda, peristiwa, dan sebagainya, semua skala memiliki empat tipe dasar yaitu: Nominal, Ordinal, Interval dan Rasio.
Skala ini sebenarnya merupakan empat hirarki prosedur pengukuran, terendah dalam hirarki adalah skala nominal dan yang tertinggi adalah skala pengukuran ratio. Itulah sebabnya ‘Tingkat pengukuran’ ini telah digunakan oleh beberapa sarjana dalam pembuatan dan penggunaan skala pengukuran.
JENIS-JENIS SKALA PENGUKURAN
a. Skala nominal yaitu skala yang paling sederhana disusun menurut jenis atau fungsi bilangan hanya sebagai simbol untuk membedakan sebuah karakteristik dengan karakteristik lainnya.
contoh:
jenis kelamin: laki-laki (1)
perempuan (2)
suku daerah: jawa (1)
madura (2)
bugis (3)
batak (4)
sunda (5)
b. Skala ordinal yaitu skala yang didasarkan pada ranking, diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai jenjang yang paling rendah atau sebaliknya.
contoh:
status sosial: kaya(1)
sederhana (2)
miskin (3)
c. Skala interval yaitu skala yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama.
contoh:
temperatur atau suhu
skor IQ
kualitas pelayanan: sangat puas (5)
puas (4)
cukup puas (3)
kuranag puas (2)
tidak puas(1)
d. Skala ratio yaitu skala pengukuran yang mempunyai nilai nol mutlak dan mempunyai jarak yang sama.
contoh:
berat badan
tinggi badan
jarak
panjang
5.      INSTRUMEN (ALAT UKUR)

Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data, sedangkan dalam penelitian kualitatif-naturalistik peneliti akan lebih banyak menjadi instrumen, karena dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan key instruments.
Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Dengan demikian jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian akan tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Sebuah instrumen dikatakn baik jika memenuhi dua kriteria sebagai berikut:
a. Valid
Valid adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Analoginya misalnya meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang dengan teliti, karena meteran memang alat untuk mengukur panjang. Meteran tersebut menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur berat.

b. Reliabel
Reliabel adalah keajekan (konsistensi) alat pengumpul data/ instrumen dalam mengukur apa saja yang diukur. Instrumen yang reliabel maksudnya instrumen yang jika digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Meteran dari karet yang digunakan untuk mengukur panjang merupakan contoh alat ukur yang tidak reliabel. NSTRUMEN (ALAT UKUR)


LANGKAH-LANGKAH MENYUSUN INSTRUMEN
a. mengindentifikasi variabel-variabel dalam rumusan judul penelitian.
b. menjabarkan variabel tersebut menjadi sub variabel/dimensi
c. mencari indikator/ aspek setiap sub variabel
d. menderetkan deskriptor dari setiap indikator
e. merumuskan setiap deskriptor menjadi butir-butir instrumen
f. melengkapi instrumen dengan petunjuk pengisian dan kata pengantar.
Selain itu, dalam menyusun butir-butir instrumen pengumpulan data perlu juga diperhatikan:
a. Pertimbangan dari peneliti: (1) mengenai variabel yang akan diungkap, (2) tersedianya tenaga, waktu, dana, dan mudahnya analisis, (3) teknik pengujian realibilitas yang akan dipilih.
b. Pertimbangan dari responden: (1) pemahaman responden tentang item-item pernyataan/pertanyaan, (2) kesibukan responden, maksudnya menyangkut pekerjaan dikantor, nelayan,petani,dokter, dll.

6.      a. variabel sebab atau Variabel Independen
Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variable bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
b. Variabel akibat atau Variabel Dependen
Sering disebut sebagai variabel output, criteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai terikat variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
c. Variabel penghubung / Moderator
Variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memparlemen) hubungan antara variabel independent dengan dependen. Variabel disebut juga sebagai variabel independent kedua.
Dalam penelitian asosiatif/korelasional dikenal dengan istilah hubungan simetris,
kausal/sebab akibat, dan hubungan reciprocal/timbal balik.
1. Hubungan simetris adalah suatu hubungan karena munculnya bersama- sama, atau bila X ada maka Y ada. Misalnya ada hubungan dengan datangnya kupu-kupu dengan tamu. Kalau ada kupu-kupu masuk rumah diramalkan akan ada tamu, namun yang menyebabkan datangnya tamu bukan kupu-kupu.
Model hubungan ini adalah tanpa arah, atau tidak menyelidiki siapa yang mempengaruhi dan siapa yang dipengaruhi. Yang diselidiki biasanya adalah pola hubungannya yang negatif atau positif atau hubungannya lemah, sedang, atau tinggi. Jika pola hubungan positif, maka semakin tinggi X maka semakin tinggi Y. Dan sebaliknya jika hubungannya negatif maka semakin tinggi X maka semakin rendah Y.
Atau juga akan diketahui kekuatan hubungan, misalnya nilai korelasinya adalah
0,70, maka dapat dikatakan bahwa hubungan yang terjadi adalah kuat.
2. Hubungan Kausal atau hubungan sebab akibat, bila X maka Y. Artinya
jelas bahwa ada yang mempengaruhi dan ada yang dipengaruhi.
Contohnya adalah Pengaruh Promosi terhadap Penjualan. Pada hubungan kausal ini akan dengan jelas memperlihatkan besaran pengaruh yang ditimbulkan oleh promosi terhadap penjualan. Artinya jika promosi sekian, maka penjualan dapat diprediksi sekian juga.
3. Hubungan resiprocal atau hubungan timbal balik yaitu X dan Y saling mempengaruhi. Misalnya hubungan antara kepuasan dan kinerja. Di satu sisi, dengan tingginya kepuasan kerja akan meningkatkan kinerja, namun disisi lain, prestasi kerja justru yang menyebabkan kepuasan kerja (lihat teori harapan Vroom yang memasukkan variabel ketiga dari pola hubungan kinerja – reward – kepuasan kerja – kinerja lagi)

7.      Jenis penelitian
a. Penelitian Sejarah /history
Berkenaan dengan analisis yang logis terhadap kejadian-kejadian yang berlangsung di masa lalu. Sumber datanya bisa primer, yaitu orang yang terlibat langsung dalam kejadian itu, atau sumber-sumber dokumentasi yang berkenaan dengan kejadian itu. Tujuan penelitian sejarah adalah untuk merekonstruksi kejadian-kejadian masa lampau secara sistematis dan obyektif, melalui pengumpulan, evaluasi, verifikasi, dan sintesa data diperoleh, sehingga ditetapkan fakta-fakta untuk membuat suatu kesimpulan.

b.
Penelitian Deskriptif
Adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau penghubungan dengan variabel yang lain.

c. penelitian perkembangan
Merupakan bagian dari proses pembuatan keputusan, yaitu untuk membandingkan suatu kejadian, kegiatan dan produk dengan standar dan program yang telah ditetapkan.

8.      Hipotesis
Hipotesis mrupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoretis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya.

Rumusan hipotesis hendaknya bersifat definitif atau direksional. Artinya, dalam rumusan hipotesisi tidak hanya disebutkan adanya hubungan atau perbedaan antarvariabel, bagian akhir kajian dalam tesis dan disertasi perlu ada bagian tersendiri yang berisi penjelasan tentang pandangan atau kerangka berpikir yang digunakan peneliti berdasarkan teori-teori yang dikaji.

9.      fungsi statistik
Statistik deskriptif memberikan informasi yang terbatas, yaitu memberi informasi yang terbatas pada data apa adanya. Oleh karenanya pemakai statistik deskriptif tidak dapat mengambil kesimpulan yang umum atas data yang terbatas. Kesimpulan yang dapat diambil, terbatas atas data yang ada.

Statistik inferensial yang merupakan pengembangan dari staistik deskriptif dapat memberikan informasi lebih luas dan kompleks. Oleh karenanya pemakai statistik ini dapat melakukan generalisasi yang didasarkan pada hasil analisis.

Guna statistik adalah membantu peneliti/pemakai untuk:
Menentukan sampel yang representative, sehingga peneliti dapat bekerja efisien, tetapi hasilnya sesuai dengan objek yang diinginkan atau diteliti.
Membaca data yang telah dikumpul, sehingga peneliti dapat mengambil keputusan yang tepat.
Melihat ada tidaknya perbedaan antara kelompok satu dengan yang lainnya atas objek yang diteliti.
Melihat ada tidaknya hubungan antara variabel yang satu dengan yang lainnya.
Melakukan prediksi, baik untuk waktu yang akan datang maupun waktu yang lalu.
Melakukan interpretasi atas data yang terkumpul.

Statistik parametrik merupakan teknik statistik dimana dilakukan pengumpulan
data, pengolahan serta penganalisaan terhadap data yang diperolah sehingga nantinya
dapat diambil suatu kesimpulan. Ciri–ciri dari data parametrik adalah :
1. Data berdistribusi normal
2. Merupakan data interval atau data rasio
3. Jumlah data lebih dari sama dengan 30 (n ≥ 30)
2. Uji – Uji Statistik Parametrik
Pengolahan data secara parametrik ini merupakan pengolahan data dimana
anggapan kenormalan diberlakukan, tercakup di dalamnya
Statistik nonparametrik
Uji statistik nonparametrik merupakan alternatif untuk memenuhi kebutuhan tersebut dikarenakan menghasilkan kesahihan dan validitas meskipun hanya berdasar pada asumsi-asumsi umum. Tipe utama prosedur statistik yang dimasukkan dalam nonparametrik adalah prosedur-prosedur nonparanetrik murni dan prosedur-prosedur bebas distribusi (distribution free procedures). Ciri–ciri dari data non parametrik adalah :
1. Data berdistribusi tidak normal
2. Merupakan data nominal atau data ordinal
3. Jumlah data kurang dari sama dengan 30 (n ≤ 30)
Keunggulan Statistik Non Parametrik :
Beberapa keuntungan dalam penggunaan statistik non parametrik adalah :
a. Kemungkinan keasalahan pada penggunaan adalah minimum karena asumsi
yang digunakan minim.
b. Perhitungan yang digunakan umumnya mudah meskipun secara manua
c. Prosedur yang digunakan lebih mudah dipahami oleh semua pihak.
d. Prosedurnya dapat digunakan meskipun dengan skala pengukuran terendah.
Kekurangan statstik non parametrik :
Di samping memilki kelebihan-kelebihan tersebut di atas, penggunaan statistik
non parametrik juga mempunyai kelemahan di antaranya :
a. Meskipun perhitungannya sederhana tetapi pada umumnya menjemukan.
b. Beberapa kasus sebenarnya lebih tepat jika digunakan prosedur-prosedur
parametrik.
Sebagai ringkasan, bila uji parametrik dan non parametrik keduanya berlaku pada himpunan data yang sama, gunakanlah selalu uji parametrik yang lebih efisien. Akan tetapi bila diketahui bahwa anggapan kenormalan sering tak berlaku dan ternyata bahwa yang dihadapi adalah pengukuran yang tidak kuantitatif maka digunakan uji yang non parametrik.
10.  Rancangan Penelitian
    1. Penelitian Historis (historical research)
      Tujuan penelitian historiis adalah untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifisi, serta mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat. Seringkali penelitian yang demikian itu berkaitan dengan hipotesis-hipotesis tertentu.

Langkah pokok untuk melaksanakan penelitian historis sebagai berikut:
a. Definisi masalah. Ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut kepada diri sendiri:
1) Apakah cara pendekatan historis ini merupakan yang terbaik bagi masalah yang sedang digarap?
2) Apakah data penting yang diperlukan mungkin di dapat?
3) Apakah hasilnya nanti mempunyai cukup kegunaan?
b. Rumuskan tujuan penelitian dan jika mungkin, rumuskan hipotesis yang akan memberi arah dan fokus bagi kegiatan penelitian itu.
c. Kumpulkan data, dengan selalu mengingat perbedaan antara sumber primer dan sumber sekunder.
d. Suatu keterampilan yang sangat penting dalam penelitian historis adalah cara pencatatan data : dengan sistem kartu atau dengan sistem lembaran, kedua duanya dapat dilakukan.
e. Evaluasi data yang diperoleh dengan melakukan kritik eksternal dan kritik internal.
f. Tuliskan laporan.

2. Penelitian Deskriptif (descriptive research)
Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pecandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.
Langkah pokok yang harus dilakukan dalam penelitian perkembangan:
a. Definisikan masalahnya atau rumuskan tujuan-tujuannya.
b. Lakukan penelaahan kepustakaan untuk menentukan garis dasar informasi yang ada dan memperbandingkan metodologi-metodologi penelitian, termasuk alat-alat yang telah ada dan teknik-teknik pengumpulan data yang telah dikembangkan.
c. Rancangan cara pendekatan.
d. Kumpulkan data.
e. Evaluasi data yang terkumpul
f. Susun laporan mengenai hasil evaluasi itu.

3. Penelitian Perkembangan (developmental research)
Tujuan penelitian perkembangan adalah untuk menyelidiki pola dan perurutan pertumbuhan dan/atau perubahan sebagai fungsi waktu.
Langkah pokok yang harus dilakukan dalam penelitian perkembangan:
a. Definisikan masalahnya atau rumuskan tujuan-tujuannya.
b. Lakukan penelaahan kepustakaan untuk menentukan garis dasar informasi yang ada dan memperbandingkan metodologi-metodologi penelitian, termasuk alat-alat yang telah ada dan teknik-teknik pengumpulan data yang telah dikembangkan.
c. Rancangan cara pendekatan.
d. Kumpulkan data.
e. Evaluasi data yang terkumpul
f. Susun laporan mengenai hasil evaluasi itu.

Minggu, 30 Januari 2011

telaah kurikulum dan buku tek

1.      Telaah kurikulum
kurikulum merupakan sebuah proses untuk mengetahui seberapa besar kebijakan pengembangan kurikulum memengaruhi tujuan-tujuan pendidikan yang dirumuskan, baik dalam skala mikro di sekolah maupun dalam skala makro secara nasional.
Telaah kurikulum (curriculum review) wajib dilakukan oleh otoritas pendidikan untuk memperoleh kepastian apakah basis teoretis dan filosofis yang digunakan ketika merumuskan visi dan misi pendidikan masih relevan dengan kebutuhan pengguna (user) kurikulum. Membentuk semacam dewan penasihat implementasi kuri-kulum (curriculum advisory committee) di tingkat UPTD, kabupaten, provinsi, dan pusat merupakan kebutuhan mendesak sistem manajemen kurikulum kita Ketiadaan lembaga atau dewan semacam inilah yang menyebabkan evaluasi kurikulum selama ini tidak berjalan secara maksimal. Telaah kurikulum yang konsisten dan simultan akan meningkatkan kemampuan kepala sekolah, guru, maupun masyarakat dalam membuat kebijakan dan memimpin perencanaan pengembangan kurikulum serta bagaimana kurikulum tersebut bisa mengakomodasi kebutuhan hidup masyarakat, termasuk dunia kerja.

2.      Pentingnya kajian telaah kurikulum dalam pendidikan kebahasaan
Agar tugas guru sebagai pelaksana utama operasional pembelajaran mata pelajaran di kelas dapat terlaksana dengan baik maka penguasaan kurikulum bagi seorang guru merupakan hal yang mutlak.
Selain itu, seorang guru hendaklah mengkaji/menelaah kurikulum mata pelajaran apa yang menjadi tanggung jawabnya. Dengan menelaah kurikulum seorang guru akan memperoleh gambaran berkaitan dengan mata pelajaran yang akan disajikan sehingga diharapkan akan mampu mengembangkan kurikulum, menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan mampu mengevaluasi. Pada akhirnya tujuan/kompetensi yang digariskan akan tercapai sesuai dengan harapan.

3.      Kajian telaaah kurikulum merupakan hal penting dalam pelajaran bahasa
Setiap pengembangan kurikulum, selain harus berpijak pada sejumlah landasan, juga harus menerapkan atau menggunakan prinsip-prinsip tertentu. Dengan adanya prinsip tersebut, setiap pengembangan kurikulum diikat oleh ketentuan atau hukum sehingga dalam pengembangannya mempunyai arah yang jelas sesuai dengan prinsip yang telah disepakati.
Secara umum prinsip-prinsip pengembangan kurikulum meliputi prinsip relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, serta efisiensi dan efektivitas’
Prinsip relevansi berkenaan dengan kesesuaian antara komponen tujuan, isi, strategi, dan evaluasi. Prinsip fleksibilitas berkenaan dengan kebebasan/keluwesan yang dimiliki guru dalam mengimplementasikan kurikulum dan adanya alternatif pilihan program pendidikan bagi siswa sesuai dengan minat dan bakatnya. Prinsip kontinuitas berkenaan dengan adanya kesinambungan materi pelajaran antarberbagai jenis dan jenjang sekolah serta antartingkatan kelas. Prinsip efisiensi dan efektivitas berkenaan dengan pendayagunaan semua sumber secara optimal untuk mencapai hasil yang optimal.

4.      Peran kritikus dalam telaah kurikulum dan buku teks
Kritikus kemudian dianggap penting sebagai jembatan antara karya dengan para pembaca karena peran evaluasi dan interpretasi kritikus yang dilandasi oleh teori-teori kritik yang mana meliputi diskusi filosofis tentang tujuan dan metode dari karya. Peran kritikus ini dapat diambil oleh mereka yang memiliki kompetensi tentang teori-teori kesusastraan dan teori-teori kritiksastra meskipun tidak harus menyandang gelar akademik. Kritikus yang menempuh pendidikan formal tentunya lebih kredibel dan terukur secara akademis dibandingkan mereka yang hanya berangkat dari pengalaman saja. Walaupun demikian, yang terpenting adalah sejauh mana kritik itu membawa pesan karya semakin dekat dan nyata kepada pembaca.

5.      pengajaran pragmatic mem erlukan telaah kurikulum dan buku teks.Mengapa?
Karena pendekatan ini mengutamakan ketrampilan berbahasa dengan meeperhatikan factor – factor penentu berbahasa, seperti pemeran serta, tujuan situasi konteks, juga aspek pengembangan, seperti: emosi, moral, social dan intelektual

6.      Hal –hal yang di perhatikan dalam kajian telaah kurikulum
1)  Asas filosofis
Landasan filosifis memberikan arah pada semua keputusan dan tindakan manusia, karena filsafat merupakan pandangan hidup, orang, masyarakat, dan bangsa. Dalam kaitannya dengan pendidikan filsafat memberikan arah pendidikan seperti hakikat pendidikan, tujuannya, dan bagaiman cara mencapai tujuan. Oleh karena itu, wajar apabila kurikulum senantiasa bertalian erat dengan filsafat pendidikan, karen afilsafat mementukan tujuan yang hendak dicapai dengan alat yang di sebut kurikulum.


2)  Asas psikologis
Asas ini berkenaan dengan perilaku manusia. Landasan psikologis berkaitan dengan cara peserta didik belajar, dan faktor apa yang dapat menghmbat kemuan belajar mereka selain itu psikologis memberikan landasan berpikir tentang hakikai proses belajar mengajar dan tingkat-ingkat perkembangan peserta didik. Kurikulum pada dasarnya disusun agar peserta didik dapat tumbuh dan berkembang dengan baik ini berarti bahwa kurikulum dan pengajaran yang dilaksanakan dengan mempertimbangkan peserta didik sebagai peserta utama dalam proses belajar mengajar akan lebih meningkatkan keberhasilan kurikulum, daripada kurikulum yang mengabaikan faktor psiklogis peserta didik.
3)  Asas sosiologis
Asas ini berkenaan dengan penyampaian kebudayaan, proses sosialisasi individu dan rekontruksi masyrakat, Landasan sosial budaya ternyata bukan hanya semata-mata digunaka dalam mengembangkan kurikulum pada tingkat nasional, melainkan juga bagi guru dalam pembinaan kurikulum tingakat sekolah atau bahkan tingkat pengajaran.
4)  Asas Organisatoris
Asas ini berkenaan dengan organisasi kurikulum. Dilihat dari organisasinya ada tiga tipe bentuk kurikulum:
a)  Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah (separated subject curriculum)
b)  Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang sejenis di hubung-hubungkan (Correlated curriculum)
c)  Kurikulum yang terdiri dari peleburan semua/hampir semua mata pelajaran(integrated curriculum)

7.      Hal yang mendasar yang perlu dianalisis dalam menelaah buku teks
Kejelasan Konsep
Menurut Tarigan dalam Telaah Buku Bahasa Indonesia (1986: 86) konsep-konsep yang digunakan dalam suatu buku teks harus jelas, tandas. Keremang-remangan dan kesamaran perlu dihindari agar siswa atau pembaca juga jelas pengerian, pemahaman, dan penangkapannya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) konsep adalah rancangan, ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret. Melihat dua penjelasan tersebut, maka konsep-konsep yang terdapat di dalam buku teks memang harus jelas.
Aspek kebahasaan
dengan adanya kalimat-kalimat yang mudah dibaca, singkat dan mudah dimengerti
Ilustrasi
ilustrasi adalah gambar (foto, lukisan) untuk membantu memperjelas isi buku, karangan, dsb; gambar, desain, atau diagram untuk penghias (halaman sampul dsb); (penjelasan) tambahan berupa contoh, bandingan, dsb untuk lebih memperjelas paparan (tulisan, dsb).
Walaupun sifatnya hanya berupa tambahan, llustrasi mempunyai peranan cukup penting di dalam buku teks. Seseorang tertarik membaca bisa saja dikarenakan gambar-gambar atau ilustrasi yang ada di dalam buku tersebut. Seseorang menjadi lebih tertarik membaca dan termotivasi untu mengikuti intruksi-intruksi di dalam buku. Hal ini bisa dikaitkan dengan karakter buku teks yang baik lainnya yaitu menarik minat dan menumbuhkan motivasi.
8.      Pentingnya buku teks perlu ditelaah dalam segi pendidikan dan keguruan
seorang guru diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kritis terhadap keberadaan buku teks sebagai pendukung kurikulum yang berlaku, yang pengadaannya semakin gencar dilakukan. Tahap selanjutnya, guru dapat mengkaji buku teks dan hubungannya dengan kurikulum sehingga guru tidak hanya sekadar menerima apa saja yang ada dalam buku teks, namun mampu memahami, mengkritisi dengan menelaah buku teks, yang pada akhirnya guru mampu menyusun sebuah buku teks sederhana. Paling tidak buku teks tersebut digunakan di lingkungan sekolah yang bersangkutan saja.
Buku teks memegang peranan penting dalam pengajaran yang dapat memperlancar aktivitas siswa dalam pembelajaran, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Semakin baik kualitas buku teks, maka semakin sempurna pengajaran mata pelajaran yang ditunjang oleh buku teks tersebut. termasuk mata pelajaran Bahasa Indonesia. Buku teks mengenai bahasa Indonesia yang bermutu, jelas akan meningkatkan kualitas pengajaran bahasa Indonesia dan hasil pengajaran bahasa Indonesia
Sebuah buku teks tidak hanya perlu ditelaah dari segi nilainya, tetapi juga ditelaah dari segi jangkauan materi pelajarannya. Jangkauan materi pelajaran yang dimaksud adalah luas lingkup masalah yang berhubungan dengan system dan struktur bahasa serta pemakaian bahasa.


9.      Hubungan antara telaah kurikulum dengan siswa menyereap suatu kurikulum
kecerdasan linguistik (kemampuan berbahasa yang fungsional), (2) kecerdasan logis-matematis (kemampuan berpikir runtut), (3) kecerdasan musikal (kemampuan menangkap dan menciptakan pola nada dan irama), (4) kecerdasan spasial (kemampuan membentuk imaji mental tentang realitas), (5) kecerdasan kinestetik-ragawi (kemampuan menghasilkan gerakan motorik yang halus), (6) kecerdasan intra-pribadi (kemampuan untuk mengenal diri sendiri dan mengembangkan jati diri), (7) kecerdasan antarpribadi (kemampuan memahami orang lain).

10.  Kemampuan telaah kurikulum berkaitan erat kurikulum dengan pragmatic dan psikolinguistik. Mengapa!
Pragmatic
mengutamakan ketrampilan berbahasa dengan meeperhatikan factor – factor penentu berbahasa, seperti pemeran serta, tujuan situasi konteks, juga aspek pengembangan, seperti: emosi, moral, social dan intelektual
Psikolinguistik
Studi mengenai mekanisme mental yang terjadi pada orang yang menggunakan bahasa, baik pada saat memproduksi atau memahami ujaran
bahwa pemakaian bahasa menuntut dari orang yang menggunakannya pengetahuan dan pengalaman yang memungkinkannya untuk menelusuri suatu point dalam risalah ujaran, yaitu mengetahui segala kemungkinan secara berturut-turut bagi semua tingkatan bahasa. Sesungguhnya yang dianggap sangat penting adalah bahwa risalah (pesan) itu bermakna.
Dari sini pendengar dapat menerima pesan. Demikianlah proses komunikasi antara pengirim yang menghasilkan pesan dan mengungkapkannya dan penerima yang menerima pesan itu. Produksi pesan menuntut penggunaan sistem kode bahasa yang pada prinsipnya berdasar pada proses peralihan pesan antara masing-masing pengirim dan penerima, di mana yang demikian itu tergantung kepada sejauhmana si penerima mengetahui sistem kode bahasa yang digunakan oleh pengirim.







Pengantar Ilmu Pendidikan

  1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.

Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah aktivitas atau usaha manusia untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi bawaan baik jasmani maupun rohani untuk memperoleh hasil dan prestasi.
Dengan kata lain bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai suatu hasil peradapan bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri ( nilai dan norma masyarakat ) yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita dan pernyataan tujuan pendidikannya karenanya bagaimanapun peradaban suatu masyarakat, didalamnya berlangsung dan terjadi suatu proses pendidikan sebagai usaha manusia untuk melestarikan hidupnya.
Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan inspirasinya (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka.

2. Faktor-Faktor Pendidikan
Dalam aktivitas ada enam faktor pendidikan yang dapat membentuk pola interaksi atau saling mempengaruhi. Adapun keenam faktor pendidikan tersebut, meliputi :
a. faktor tujuan
Adalah usaha pencapaian oleh peserta didik tentang hasil praktek pendidikan baik dilingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat secara luas.
b. faktor pendidikan
Dalam hal ini kita dapat membedakan pendidikan itu menjadi 2 kategori, yaitu:
1. Pendidik menurut kodrati, yaitu orang tua dan
2. Pendidik menurut jabatan yaitu guru.
Pendidik yang bersifat kodrati dan sebagai orang tua wajib pertama sekali memberikan didikan kepada anaknya, selain asuhan, kasih sayang, perhatian dan sebagainya.
Sedangkan pendidikan menurut jabatan, yaitu guru. Guru adalah sebagai pendidik yang menerima tanggung jawab dari tiga pihak yaitu orang tua, masyarakat dan Negara. Tanggung jawab dari orang tua diterima guru atas kepercayaan yang mampu memberikan pendidikan dan pengajaran dan diharapkan pula dari pribadi guru dapat memancarkan sikap-sikap yang normatif baik, sebagai kelanjutan dari sikap dan sifat orang tua pada umumnya.
c. faktor peserta didik
Adalah orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Peserta didik sebagai manusia yang belum dewasa merasa tergantung kepada pendidikannya, peserta didik merasa bahwa ia memiliki kekurangan-kekurangan tertentu, ia menyadari bahwa kemampuan masih sangat terbatas dibandingkan denga kemampuan pendidiknya.
d. faktor isi / materi pendidikan
yang termasuk dalam arti / materi pendidikan ialah segala sesuatu oleh penddidk yang akan langsung disampaikan kepada peserta didik.
e. faktor metode pendidikan
Agar interaksi dapat berlangsung baik dan tercapai tujuan, maka disamping dibutuhkan pemilihan materi pendidikan yang tepat, perlu dipilih metode yang tepat pula. Metode adalah cara menyampaikan materi untuk mencapai tujuan pendidikan.
f. faktor lingkungan
Adalah yamg meliputi kondisi dan alam dunia yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan dan perkembangan manusia.

3. Fungsi Pendidikan

fungsi pendidikan sebagai alat untuk membebaskan manusia dari berbagai bentuk penindasan dan ketertindasan yang dialami oleh masyarakat, baik dari soal kebodohan sampai ketertinggalan (Paulo Freire).

Prof Dr Sutjipto (guru besar UNJ) mengatakan bahwa (1) pendidikan mempunyai kedekatan atau bahkan kesamaan dengan proses belajar dan penggunaannya menjadi interchangable dengan belajar.( 2) pendidikan juga bermakna pelatihan, karena pelatihan juga membantu seseorang untuk mampu melakukan penyesuaian terutama dalam melakukan sesuatu. Pendidikan adalah belajar untuk mengasosiasikan stimulus dan respons; (3) pendidikan juga berarti proses untuk menguasai ilmu, ilmu sebenarnya adalah value free. (4) Jika proses interaksi itu menyangkut belajar untuk hidup dalam suatu tatanan masyarakat serta menginternalisasi nilai-nilai, maka pendidikan berarti pendidikan nilai.

4. Pendidikan seumur hidup

Konsep pendidikan seumur hidup, sebenarnya sudah sejak lama dipikirkan oleh para pakar pendidikan dari zaman kezaman. Apalagi bagi umat islam, jauh sebelum orang-orang barat mengangkatnya, Islam sudah mengenal pendidikan seumur hidup, sebagai mana dinyatakan oleh hadits Nabi SAW yang berbunyi


اطلب العلم من المهد الى اللحد

Artinya: tuntutlah ilmu dari buaian sampai meninggal dunia.

Azas pendidikan seumur hidup itu merumuskan suatu azas bahwa proses pendidikan merupakan suatu proses kontinue, yang bemula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia. Proses pendidikan ini mencakup bentuk-bentuk belajar secara informal, non formal maupun formal baik yang berlansung dalam keluarga, disekolah, dalam pekerjaan dan dalam kehidupan masyarakat.

Untuk indonesia sendiri, konsepsi pendidikan seumur hidup baru mulai dimasyarakat melalui kebijakan Negara ( Tap MPR No. IV / MPR / 1970 jo. Tap No. IV/ MPR / 1978 Tentang GBHN ) yang menetapkan prinsip-prinsip pembangunan nasional, antara lain :

  1. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia (arah pembangunan jangka panjang )
  2. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan didalam keluarga (rumah tangga ), sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. (BAB IV GBHN bagian pendidikan ).



Didalam UU Nomor 20 tahun 2003, penegasan tentang pendidikan seumur hidup, dikemukakan dalam pasal 13 ayat (1) yang berbunyi: "Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya". Jadi dapat pula dikatakan bahwa pendidikan dapat diperoleh dengan 2 jalur, yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan diluar sekolah. Jalur pendidikan sekolah meliputi pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Dan jenis pendidikan ini mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik profesi, vokasi, keagamaan dan khusus.

Sedangkan jalur pendidikan luar sekolah meliputi pendidikan nonformal dan informal. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi mengembalikan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan ketrampilan fungsional serta mengembangkan sikap keprobadian hidup. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan ketrampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan peserta didik.

Pendidikan informal yaitu kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. pendidikan keluarga termasuk jalur pendidikan luar sekolah merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengalaman seumur hidup. Pendidikan keluarga memberikan keyakinan agama, nilai budaya yang mencakup nilai moral dan aturan-aturan pergaulan serta pandangan, ketrampilan dan sikap hidup yang mendukung kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kepada anggota keluarganya yang bersangkutan. peserta didik berkesempatan untuk mengembangkan kemampuan dirinya dengan belajar pada setiap saat dalam perjalanan hidupnya sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan masing-masing.

"setiap warga Negara berkesempatan seluas-luasnya untuk menjadi peserta didik melalui pendidikan sekolah ataupun luar sekolah dengan demikian, setiap warga Negara diharapkan dapat belajar pada tahap-tahap mana saja dari kehidupanya dalam mengembangkan dirinya sebagai manusia Indonesia ".

Dasar dari pendidikan seumur hidup bertitik tolak atas keyakinan, bahwa proses pendidikan berlangsung selama manusia hidup, baik dalam maupun diluar sekolah.


  1. Implikasi Konsep Pendidikan Seumur Hidup .


Implikasi disini diartikan sebagai akibat lansung atau konsekuensi dari suatu keputusan. Dengan demikian maksudnya adalah sesuatu yang merupakan tindak lanjut atau follow up dari suatu kebijakan atau keputusan tentang pelaksanaan pendidikan seumur hidup.

Penerapan azas pendidikan seumur hidup pada isi program pendidikan dan sasaran pendidikan di masyarakat mengandung kemungkinan yang luas. Implikasi pendidika seumur hidup pada program pendidikan dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu:

1. Pendidika baca tulis fungsional

Program ini tidak saja penting bagi pendidikan seumur hidup dikarenakan relefansinya yang ada pada Negara-negara berkembang dengan sebab masih banyaknya penduduk yang buta huruf, mereka lebih senang menonton TV, mendengarkan Radio, Mengakses internet dari pada membaca. Meskipun cukup sulit untuk membuktikan peranan melek huruf fungsional terhadap pembangunan sosial ekonomi masyarakat, namun pengaruh IPTEK terhadap kehidupan masyarakat misalnya petani, justru disebabkan oleh karena pengetahuan-pengetahuan baru pada mereka. Pengetahuan baru ini dapat diperoleh melalui bahan bacaan utamanya.

Oleh sebab itu, realisasi baca tulis fungsional, minimal memuat dua hal, yaitu:

  1. Memberikan kecakapan membaca, menulis, menghitung (3M) yang fungsional bagi anak didik.
  2. Menyediakan bahan-bahan bacaan yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut kecakapan yang telah dimilikinya.
    1. Pendidikan vokasional.

Pendidikan vokasional adalah sebagai program pendidikan diluar sekolah bagi anak diluar batas usia sekolah, ataupun sebagai pendidikan formal dan non formal, sebab itu program pendidikan yang bersifat remedial agar para lulusan sekolah tersebut menjadi tenaga yang produktif menjadi sangat penting. Namun yang lebih penting ialah bahwa pendidikan vokasional ini tidak boleh dipandang sekali jadi lantas selesai.dengan terus berkembang dan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi serta makin meluasnya industrialisasi, menuntut pendidikan vokasiaonal itu tetap dilaksanakn secara kontinue.

1. Pendidikan professional.

Sebagai realisasi pendidikan seumur hidup,dalam kiat-kiat profesi telah tercipta Built in Mechanism yang memungkinkan golongan profesional terus mengikuti berbagai kemajuan dan perubahan menyangkut metodologi, perlengkapan, terminologi dan sikap profesionalnya. Sebab bagaimanapun apa yang berlaku bagi pekerja dan buruh, berlaku pula bagi professional, bahkan tantangan buat mereka lebih besar.

1. Pendidikan ke arah perubahan dan pembangunan.

Diakui bahwa diera globalisasi dan informasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan IPTEK, telah mempengaruhi berbagai dimensi kehidupan masyarakat, dengan cara masak yang serba menggunakan mekanik, sampai dengan cara menerobos angkasa luar. Kenyataan ini tentu saja konsekuensinya menurut pendidikan yang berlangsung secara kontinue (lifelong education).

Pendidikan bagi anggota masyarakat dari berbagai golongan usia agar mereka mampu mengikuti perubahan sosial dan pembangunan juga merupakan konsekuensi penting dari azas pendidikan seumur hidup.

1. Pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik

Disamping tuntutan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dalam kondisi sekarang dimana pola pikir masyarakat. Yang semakin maju dan kritis, baik rakyat biasa, maupun pemimpin pemerintahan di Negara yang demokratis, diperlukan pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik bagi setiap warga Negara. Pendidikan seumur hidup yang bersifat kontinue dalam koteks ini merupakan konsekuensinya.

5. Peranan Keluarga

Keluarga adalah institusi yang sangat berperan dalam rangka melakukan sosialisasi, bahkan internalisasi, nilai-nilai pendidikan. Meskipun jumlah institusi pendidikan formal dari tingkat dasar sampai ke jenjang yang paling tinggi semakin hari semakin banyak, namun peran keluarga dalam transformasi nilai edukatif ini tetap tidak tergantikan.

Peran masyarakat dalam pendidikan

Pendidikan adalah tanggungjawab bersama antara pemerintah, orangtua, dan masyarakat. Tanpa dukungan masyarakat, pendidikan tidak akan berhasil dengan maksimal. Sekarang hampir semua sekolah telah mempunyai komite sekolah yang merupakan wakil masyarakat dalam membantu sekolah, sebab masyarakat dari berbagai lapisan sosial ekonomi sudah sadar betapa pentingnya dukungan mereka untuk keberhasilan pembelajaran di sekolah.

Masyarakat dapat terlibat dalam memberikan bantuan dana, pembuatan gedung, lokal, pagar, dan lain sebagainya. Masyarakat juga dapat terlibat dalam bidang teknis edukatif.
• Idealnya sekolah bertanggungjawab kepada pemerintah dan juga kepada masyarakat sekitarnya;
• Bantuan teknis edukatif juga sangat mungkin diberikan, seperti: menyediakan diri menjadi tenaga pengajar, membantu anak berkesulitan membaca, menentukan dan memelihara guru baru yang mempunyai kualifikasi, serta membicarakan pelaksanaan kurikulum dan kemajuan belajar.
Jenis-jenis PSM
Ada bermacam-macam tingkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan pendidikan. Peran serta tersebut dapat diklasifikasikan dalam 7 tingkatan, yang dimulai dari tingkat terendah ke tingkat tertinggi. Tingkatan tersebut terinci sebagai berikut:
1. Peran serta dengan menggunakan jasa yang tersedia. Jenis PSM ini merupakan jenis paling umum. Masyarakat hanya memanfaatkan jasa sekolah dengan memasukkan anak ke sekolah;
2. Peran serta dengan memberikan kontribusi dana, bahan, dan tenaga. Masyarakat berpartisipasi dalam perawatan dan pembangunan fisik sekolah dengan menyumbangkan dana, barang dan atau tenaga;
3. Peran serta secara pasif. Artinya menyetujui dan menerima apa yang diputuskan oleh sekolah (komite sekolah), misalnya komite sekolah memutuskan agar orang tua membayar iuran bagi anaknya yang bersekolah dan orangtua menerima keputusan tersebut dengan mematuhinya;
4. Peran serta melalui adanya konsultasi. Orangtua datang ke sekolah untuk berkonsultasi tentang masalah pembelajaran yang dialami anaknya;
5. Peran serta dalam pelayanan. Orantua/masyarakat terlibat dalam kegiatan sekolah, misalnya orangtua ikut membantu sekolah ketika ada studi banding, kegiatan pramuka, kegiatan keagamaan, dan lain sebagainya;
6. Peran serta sebagai pelaksana kegiatan yang didelegasikan/dilimpahkan. Misalnya, sekolah meminta orangtua/masyarakat untuk memberikan penyuluhan tentang pentingnya pendidikan, masalah gender, gizi dan lain sebagainya.
7. Peran serta dalam pengambilan keputusan. orangtua/masyarakat terlibat dalam pembahasan masalah pendidikan (baik akademis maupun non akademis) dan ikut dalam proses pengambilan keputusan dalam rencana pengembangan sekolah.
Menuju Otonomi pada Tingkat Sekolah; Ikhtiar Memberdayakan Komite Sekolah sebagi Bentuk Peran Serta Masyarakat dalam Pendidikan
“Komite Sekolah/Madrasah sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan”. (Pasal 56, ayat 3 UU Nomor 20 Tahun 2003)

6. Sistem pendidikan nasional

Keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

7. timbale balik antara keluarga, sekolah dan masyarakat

sama-sama media sosialisasi
keluarga merupakan media utama sedangkn sekolah adalah pembimbing menuju sosialisasi yang lebih tinggi. setelah dididik dari lingkup keluarga, bimbingan dari sekolah juga perlu sekaligus menambah luas lingkup pergaulan anak.

keluarga adalah media sosialisasi primer, sedang sekolah adalah media sosialisasi sekunder. jadi sekolah adalah merupakan kelanjutan dari sosialisasi yang dilakukan di dalam keluarga.

Dalam masyarakat yang lebih maju maka pendidikan di dalam keluarga tidak cukup, oleh karena itu orang tua menyerahkan pendidikan pada lembaga pendidikan formal yang disebut sekolah. Dalam sekolah anak diberi berbagai pengetahuan baik pengetahuan yang berkaitan untuk pengembangan pribadi, pengetahuan untuk bekal hidup dalam masyarakat, dan pengetahuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi lebih lanjut. Pendidikan di sekolah dilaksanakan secara bertingkat-tingkat, pada dasarnya dibedakan pendidik dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Anak yang telah selesai pada tingkat pendidikan tertentu yang memerlukan keterampilan tertentu dapat masuk pada pendidikan nonformal dalam lembaga pendidikan masyarakat. Setelah mendapatkan tambahan keterampilan maka ia terjun kedunia kerja dalam masyarakat. Akan tetapi ada juga yang setelah selesai pendidikan pada tingkat pendidikan tertentu langsung memasuki dunia kerja dalam masyarakat. Masyarakat sebagai pemakai hasil tiga pendidikan itu akan memberi balikan bagi masing-masing penyelenggara pendidikan dalam ketiga lingkungan pendidikan.

8. system nilai dan modal agama dalam proses pendidikan

Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach) adalah suatu pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam diri siswa. Pendekatan ini sebenarnya merupakan pendekatan tradisional. Banyak kritik dalam berbagai literatur barat yang ditujukan kepada pendekatan ini. Pendekatan ini dipandang indoktrinatif, tidak sesuai dengan perkembangan kehidupan demokrasi (Banks, 1985; Windmiller, 1976). Pendekatan ini dinilai mengabaikan hak anak untuk memilih nilainya sendiri secara bebas. Menurut Raths et al. (1978) kehidupan manusia berbeda karena perbedaan waktu dan tempat. Kita tidak dapat meramalkan nilai yang sesuai untuk generasi yang akan datang. Menurut beliau, setiap generasi mempunyai hak untuk menentukan nilainya sendiri. Oleh karena itu, yang perlu diajarkan kepada generasi muda bukannya nilai, melainkan proses, supaya mereka dapat menemukan nilai-nilai mereka sendiri, sesuai dengan tempat dan zamannya.

Peran Guru atau Murabbi dalam mendidik anak sejak usia dini adalah ibarat Suluah Bendang di tengah umat, yang dilaksanakan dengan keikhlasan sebagai satu pengabdian mulia dan tugas berat.

Keikhlasan membentuk umat jadi pintar, beriman, berakhlaq, berilmu, beramal baik, membina diri, kemashlahatan umat, dan keluarga, menjadi panutan dan ikutan, ibadahnya teratur, shaleh peribadi dan sosial, beraqidah tauhid yang shahih dan istiqamah.

Pendidikan anak sejak usia dini ini, tidak terlepas dari upaya menyiapkan satu generasi yang beradab, berakhlaq, berakidah dan berprestasi, melalui ;

Ø Membudayakan Wahyu Al Quran dalam memakaikan adat basandi syarak-syarak basandi kitabullah, melalui pendidikan dan pelatihan-pelatihan,

Ø Implementasinya, dalam perilaku anak berakidah, dan berakhlaq, dalam kerangka lebih luas, menghidupkan dakwah membangun negeri.

Perintah untuk melaksanakan tugas-tugas da’wah itu, secara kontinyu atau terus menerus, dan sambung bersambung.

9. Inovasi pendidikan dan tujuan pendidikan

Inovasi pendidikan sebagai usaha perubahan pendidikan tidak bisa
berdiri sendiri, tapi harus melibatakan semua unsur yang terkait di
dalamnya, seperti inovator, penyelenggara inovasi seperti guru dan
siswa. Disamping itu, keberhasilan inovasi pendidikan tidak saja
ditentukan oleh satu atau dua faktor saja, tapi juga oleh masyarakat
serta kelengkapan fasilitas.

Ibrahim (1989) mengatakan bahwa inovasi adalah penemuan
yang dapat berupa sesuatu ide, barang, kejadian, metode yang diamati
sebagai sesuatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang
(masyarakat). Inovasi dapat berupa hasil dari invention atau
discovery. Inovasi dilakukan dengan tujuan tertentu atau untuk
memecahkan masalah ((Subandiyah 1992:80)

Tujuan inovasi adalah adanya perubahan kea rah yang lebih baik secara kuantitas maupun kualitas dalam bidang pendidikan, terutama dalam hal proses pemnbelajaran sehingga menghasilkan output yang berkualitas.

10. Pendidikan agama di Indonesia

Kurikulum Pendidikan agama dan pembinaan keimanan-ketakwaan yang berlangsung di sekolah-sekolah selama ini masih sarat dengan kelemahan– kelemahan Praktik pendidikan dinilai hanya memperhatikan aspek kognitif.

Pertumbuhan kesadaran nilai-nilai agama belum tersentuh. Selain itu, pembinaan aspek afektif dan konasif-volutif, yakni kemauan dan tekad untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama juga masih terabaikan.

...Pendidikan agama di sekolah-sekolah perlu terintegrasi dengan kegiatan-kegiatan pendidikan keseluruhan mata pelajaran yang lain melalui sistem pendidikan terpadu...

Pendidikan agama dan pembinaan keimanan ketakwaan lebih banyak terkonsentrasi pada persoalan-persoalan teoritis keagamaan yang bersifat kognitif dan kurang concern terhadap persoalan bagaimana mengubah pengetahuan agama yang kognitif menjadi makna dan nilai yang perlu diinternalisasikan dalam diri peserta didik.

”Pendidikan agama di sekolah-sekolah perlu terintegrasi dengan kegiatan-kegiatan pendidikan keseluruhan mata pelajaran yang lain melalui sistem pendidikan terpadu,”

Konsepsi pendidikan agama dilakukan dengan mengembangkan pengetahuan dan pemahaman, pembentukan dan pelatihan sikap, serta latihan-latihan keterampilan amaliah tentang nilai-nilai agama yang telah dipahami anak didik dalam kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler,dan PKL. ”Evaluasi dilakukan juga melalui serangkaian instrumen penilaian, antara lain portofolio, produk proyek, performance,dan karya tulis.

kajian prosa fiksi

1.      Perbedaan prosa fiksi dan non fiksi
Prosa Fiksi adalah kisahan atau ceritera yang diemban oleh palaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian ceritera tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu ceritera. (aminuddin, 2002:66). Sedangkan M. Saleh Saad dan Anton M. Muliono (dalam Tjahyono, 1988:106) mengemukakan pengertian prosa fiksi (fiksi, prosa narasi, narasi, ceritera berplot, atau ceritera rekaan disingkat cerkan) adalah bentuk ceritera atau prosa kisahan yang mempunyai pemeran, lakuan, peristiwa, dan alur yang dihasilkan oleh daya imajinasi.
Nonfiksi adalah karya sastra yang dibuat berdasarkan data – data yang otentik saja, tapi bisa juga data itu dikembangkan menurut imajinasi penulis
Nonfiksi dibagi menjadi 2
 • Nonfiksi Murni : adalah buku yang berisi pengembangan berdasarkan data – data yang   otentik
• Nonfiksi Kreatif : berawal dari data yang otentik kemudian pengembangannya berdasarkan imajinasiyang pada umumnya dalam bentuk novel, puisi, prosa Menurut tingkat pemakaian, nonfiksi kreatif dibagi menjadi 2 sub pokok :
  1. Nonfiksi kreatif yang sering dipakai
  2. Nonfiksi kreatif yang jarang dipakai

2.      Jelaskan dengan contoh, kajian prosa fiksi dalam sastra Indonesia
Kata prosa diambil dari bahasa Inggris,pr o s a . Kata ini sebenarnya menyaran pada pengertian yang lebih luas, tidak hanya mencakup pada tulisan yang digolongkan sebagai karya sastra, tapi juga karya non fiksi, seperti artikel, esai, dan sebagainya.
Jenis Jenis Prosa Fiksi
Prosa Modern
Dari khasanah sastra modern, kita mengenal Ada beberapa jenis karya prosa fiksi, yaitu novel, novelet, dan cerita pendek (cerpen).
1) Cerita Pendek (cerpen)
Sesuai dengan namanya, cerita pendek dapat diartikan sebagai cerita berbentuk prosa yang pendek. Ukuran pendek di sini bersifat relatif. Menurut Edgar Allan Poe, sastrawan kenamaan Amerika, ukuran pendek di sini adalah selesai dibaca dalam sekali duduk, yakni kira-kira kurang dari satu jam. Adapun Jakob Sumardj dan Saini K.M (1995:30) menilai ukuran pendek ini lebih didasarkan pada keterbatasan pengembangan unsur-unsurnya. Cerpen memiliki efek tunggal dan tidak kompleks. Cerpen ,dilihat dari segi panjangnya, cukup bervariasi. Ada cerpen yang pendek (short short story), berkisar 500-an kata; ada cerpen yang panjangnya cukupan (middle short story), dan ada cerpen yang panjang (long short story) biasanya terdiri atas puluhan ribu kata. Dalam kesusastraan di Indonesia, cerpen yang diistilahkan dengan short short story, disebut dengan cerpen mini. Sudah ada antologi cerpen seperti ini, misalnya antologi : Ti Pulpen Nepi Ka Pajaratan Cinta. Contoh untuk cerpen-cerpen yang panjangnya sedang (middle short story) cukup banyak. Cerpen-cerpen yang dimuat di surat kabar adalah salah satu contohnya.. Adapun cerpen yang long short story biasanya cerpen yang dimuat di majalah. Cerpen „”Sri Sumariah” dan “Bawuk” karya Umar Khayam juga termasuk ke dalam cerpen yang panjang ini.
2) Novelet
Di dalam khasanah prosa, ada cerita yang yang panjangnya lebih panjang dari cerpen, tetapi lebih pendek dari novel. Jadi, panjangnya antara novel dan cerpen. Jika dikuantitaatifkan, jumlah dan halamannya sekitar 60 s.d 100 halaman. Itulah yang disebut novelet. Dalam penggarapan unsur-unsurnya : tokoh, alur, latar, dan unsur-unsur yang lain, novelet lebih luas cakupannya dari pada cerpen. Namun, dimaksudkan untuk memberi efek tunggal
3) Novel
Kata novel berasal dari bahasa Italia,novella, yang berati barang baru yang kecil. Pada awalnya, dari segi panjangnyan oovella memang sama dengan cerita pendek dan novelet. Novel kemudian berkembang di Inggris dan Amerika. Novel di wilayah ini awalnya berkembang dari bentuk-bentuk naratif nonfiksi, seperti surat, biografi, dan sejarah. Namun seiring pergeseran masyarakat dan perkembangan waktu, novel tidak hanya didasarkan pada data-data nonfiksi, pengarang bisa mengubah novel sesuai dengan imajinasi yang dikehendakinya

3.    Mengapa Prosa fiksi tidak memerlukan fakta-fakta
Agar tidak terjadi kekeliruan, pengertian prosa pada buku ini dibatasi pada prosa sebagai genre sastra. Dalam pengertian kesastraan, prosa sering diistilahkan dengan fiksi (fiction), teks naratif (narrative text) atau wacana naratif (narrative discourse). Prosa yang sejajar dengan istilah fiksi (arti rekaan) dapat diartikan : karya naratif yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, tidak sungguh-sungguh terjadi di dunia nyata. Tokoh, peristiwa dan latar dalam fiksi bersifat imajiner. Hal ini berbeda dengan karya nonfiksi. Dalam nonfiksi tokoh, peristiwa, dan latar bersifat faktual atau dapat dibuktikan di dunia nyata (secara empiris).

4.      Kajian prosa fiksi terdiri dari beberapa tahap, Jelaskan!
Di dalam prosa fiksi, terdapat unsur-unsur pembangun yang disebut unsur intrinsik. Yang termasuk unsur intrinsik, yaitu: tema, alur, penokohan, latar, amanat, sudut pandang, dan gaya bahasa.
a. Tema
Tema ialah inti atau landasan utama pengembangan cerita. Hal yang sedang diungkapakan oleh pengarang dalam ceritanya. Tema dapat bersumber pada pengalaman pengarang, pengamatan pada lingkungan, permasalahan kehidupan, dan sebagainya. Misalnya, tentang cinta, kesetiaan, ketakwaan, korupsi, perjuangan mencapai keinginan, perebutan warisan, dan sebagainya.
b.  Alur/Plot
Alur ialah jalan cerita atau cara pengarang bercerita. Alur dapat disebut juga rangkaian atau tahapan serta pengembangan cerita. Dari mana pengarang memulai cerita mengembangkan dan mengakhirinya. Alur terdiri atas alur maju, alur mundur (flash back), alur melingkar, dan alur campuran. Tahapan-tahapan alur yaitu:
(1) pengenalan
(2) pengungkapan masalah
(3) menuju konflik
(4) ketegangan
(5) penyelesaian
Perhatikan skema berikut:





c.   Penokohan
Penokohan ialah cara pengarang mengambarkan para tokoh di dalam cerita. Penokohan terdiri atas tokoh cerita, yaitu orang-orang yang terlibat secara langsung sebagai pemeran sekaligus penggerak cerita dan orang-orang yang hanya disertakan di dalam cerita. Dan watak tokoh, yaitu penggambaran karakter serta perilaku tokoh-tokoh cerita. Untuk menimbulkan konflik, biasanya di dalam cerita ada tokoh yang berperan penting dengan kepribadian yang menyenangkan dan ada tokoh yang berseberangan tindak-tanduk dan perilakunya dengan tokoh sentral tersebut. Tokoh utama disebut dengan tokoh protagonis dan lawannya adalah tokoh antagonis.
Cara pengarang menggambarkan para tokoh cerita ialah dengan secara langsung d?elaskan nama tokoh beserta gambaran fisik, kepribadian, lingkungan kehidupan, jalan pikiran, proses berbahasa, dan lain-lain. Dapat juga dengan cara tidak langsung, yaitu melalui percakapan/dialog, digambarkan oleh tokoh lainnya, reaksi dari tokoh  lain, pengungkapan kebiasaan tokoh, jalan pikiran, atau tindakan saat menghadapi masalah.
d.  Latar/Settiing
Latar cerita adalah gambaran tentang waktu, tempat, dan suasana yang digunakan dalam suatu cerita. Latar merupakan sarana memperkuat serta menghidupkan jalan cerita.
e.   Amanat
Amanat cerita adalah pesan moral atau nasehat yang disampaikan oleh pengarang melalui cerita yang dikarangnya. Pesan atau nasehat disampaikan oleh pengarang dengan cara tersurat yakni d?elaskan oleh pengarang langsung atau melalui dialog tokohnya; dan secara tersirat atau tersembunyi sehingga pembaca baru akan dapat menangkap pesan setelah membaca keseluruhan isi cerita.
f.   Sudut Pandang Pengarang
Sudut pandang pengarang atau point of view ialah posisi pengarang dalam cerita. Posisi pengarang dalam cerita terbagai menjadi dua, terlibat dalam cerita dan berada di luar cerita.
a. Pengarang terlibat di dalam cerita. Terdiri atas pengarang sebagai pemeran utama
   (orang pertama), isi cerita bagaikan mengisahkan pengalaman pengarang. Selain itu, keterlibatan pengarang dalam cerita juga dapat memosisikan pengarang hanya pemeran pembantu. Artinya, pengarang bukan tokoh utama atau sentral namun ia ikut menjadi tokoh, misalnya cerita tentang kehidupan orang-orang terdekat pengarang, ayah, ibu, adik, atau sahabat seperti roman sastra berjudul “Ayahku” yang dikarang oleh HAMKA.
b. Pengarang berada di luar cerita, terdiri atas pengarang serbatahu.
Ia yang menciptakan tokoh, menjelaskan jalan pikiran tokoh, mengatur dan mereka semua unsur yang ada di dalam cerita. Selain itu, pengarang berada di luar cerita dapat hanya menjadikanpengarang sebagai pengamat atau disebut sudut pandang panoramik. Pengarang menceritakan apa yang dilihatnya, sebatas yang dilihatnya. Ia tidak mengetahui secara bathin tokoh-tokoh cerita. Posisi pengarang seperti ini biasanya terdapat pada cerita narasi yang berupa kisah perjalanan.
g.   Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah bagaimana pengarang menguraikan ceritanya. Ada yang menggunakan bahasa yang lugas, ada yang bercerita dengan bahasa pergaulan atau bahasa sehari-hari. Ada juga yang bercerita dengan gaya satire atau sindiran halus, menggunakan simbol-simbol, dan sebagainya. Penggunaan bahasa ini sangat membantu menimbulkan daya tarik dan penciptaan suasana yang tepat bagi pengembangan tema serta alur cerita. Setiap pengarang besar biasanya sudah memiliki ciri khas penggunaan bahasa dalam ceritanya.
5.      Prosa fiksi menghendaki para penelaah mengembangkan imaginasi sebebas-bebasnya.Mengapa?
Fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesama interaksinya dengan diri sendiri, serta interaksinya dengan Tuhan. Fiksi tidak sepenuhnya berupa khayalan. Membaca sebuah karya fiksi berarti menikmati cerita, menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin. Kebenaran dalam karya fiksi tidak harus sama dan memang tak perlu disamakan dengan kebenaran yang berlaku didunia nyata. Hal itu disebabkan dunia fiksi yang imajinatif dengan dunia nyata masing-masing memiliki sistem hukumnya sendiri. Dunia kesastraan terdapat suatu bentuk karya sastra yang mendasarkan diri pada fakta. Karya fiksi tersebut dikenal dengan sebutan fiksi nonfiksi (nonfiction fiction).

6.      Peranan penulis diperlukan untuk menonjolkan ketrampilan berbahasa
Karena peranan penulis mempengaruhi unsur ekstrinsik adalah unsur yang barada diluar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisasi karya sastra. Misalnya keadaaan lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial.

7.      Hubungan kajian prosa fiksi dan pengajaran pragmatic memiliki hubungan yang sangat erat
(1) bidang yang mengkaji makna pembicara; (2) bidang yang mengkaji makna menurut konteksnya; (3) bidang yang, melebihi kajian tentang makna yang diujarkan, mengkaji makna yang dikomunikasikan atau terkomunikasikan oleh pembicara; dan (4) bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi partisipan yang terlibat dalam percakapan tertentu.

8.      Wacana kajian prosa fiksi sebagai pembuka menuju pemahaman bahasa yang baik
Sejauh ini, kegemaran masyarakat membaca karya-karya prosa-fiksi  masih terbatas pada tujuan hiburan. Sementara, manfaat-manfaat lainnya tidak banyak dieksplorasi dan disadari. Padahal, membaca dan mengapresiasi karya prosa-fiksi bermanfaat dalam mengasah kepekaan rasa, mempertajam dan memperkaya wawasan dan kepekaan sosial, budaya, dan religi, serta meningkatkan kemampuan berbahasa.

9.      Kajian prosa fiksi , apresiasi secara komprehensif memegang peranan penting, jelaskan!
Cerita pendek, novel, atau cerita-cerita dalam berbagai bentuk lainnya, merupakan bacaan-bacaan yang ada di masyarakat. Namun, sejauh mana masyarakat memerlukan atau membutuhkan bacaan-bacaan tersebut dalam kehidupan mereka dan menggemarinya, sampai saat ini memang belum ada data akurat yang menjelaskannya. Walaupun demikian, dari pengamatan terhadap tingginya oplah penjualan buku-buku berjenis di atas pada tahun-tahun belakangan ini, terlihat bahwa masyarakat mulai menggemari bacaan-bacaan tersebut. Kegemaran ini memang masih terbatas pada novel-novel atau cerpen-cerpen yang memang tengah populer, atau pada bacaan-bacaan yang ringan saja, namun hal ini dapat menjadi jalan untuk meningkatkan minat dan apresiasi mereka terhadap karya sastra, dalam hal ini prosa-fiksi.

10.  Tokoh yang berpengaruh dalam perkembangan prosa fiksi di Indonesia
Karya dari Manado (Raumanen), Kalimantan (Upacara oleh Korie Layun Rampan), Sulawesi Selatan (Pembayaran oleh Sinansari Ecip), Bali (Tarian Bumi oleh Oka Rusmini), Nusa Tenggara Timur (Sang Guru karya Gerson Poyk), Kalimantan (Tuyet karya Bur Rasuanto), Jawa Tengah (Umar Kayam dan Arswendo Atmowiloto yang menunjukkan masyarakat priyayi; Ahmad Tohari menunjukkan masyarakat santri; Kunto Wijoyo dan Muhammad Diponegoro menunjukkan kelompok masyarakat sastri kota). Karya pengarang dari Jawa itu, misalnya: Para Priyayi, Canting, Satinah dan Wasripin, Ronggeng Dukuh Paruk, dan Mantra Pejinak Ular.Pengarang dari Jawa Barat (Sunda) antara lain: Ramadhan K.H. dengan karyanya Royan Revolusi; dari Irian (Papua) antara lain Dewi Linggarjati (karyanya Sali Kisah Seorang Wanita Suku Dani), Ircham Mahfoedz (karyanya Ratu Lembah Baliem), Don Richardson (karyanya Anak Perdamaian).